Contents
- 1 Kerajaan Tarumanegara – Sejarah, Letak, Kehidupan, Raja, Peninggalan, Sumber Sejarah, Dan Masa Keruntuhan Lengkap
Kerajaan Tarumanegara – Sejarah, Letak, Kehidupan, Raja, Peninggalan, Sumber Sejarah, Dan Masa Keruntuhan Lengkap
Letak Kerajaan Tarumanegara – Kerjaan Tarumanegara atau juga yang biasa disebut sebagai Kerajaan Tarum adalah kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia setelah Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarum inin berkuasa di daerah barat pulau Jawa di abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai peninggalan sejarah yang masih ada hingga sekarag. Peninggalan tersebut diantaranya seperti candi, prasati dan lainnya.
Nama dari Tarumanegara berasal dari kata Tarum serta Nagara. Tarum memiliki arti sungai yang membelah Jawa Barat yakni sungai Citarum. Tetapi ada juga yang berpendapat jika istilah dari kata Tarum berasal dari nama tanaman warna yang terletak di sungai Citarum. Serta kata Nagara yang artinya adalah negara atau kerajaan.
Kerajaan Tarumanegara adalah suatu kerajaan yang mempunyai aliran Wisnu. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Jayasingawarman di tahun 358 Masehi. Bukti kongkrit atas kerjaan ini terletak di dalam isi naskah Wangsakerta. Pada waktu itu, Raja Jayasingawarman memperoleh gelar Rajadiraja.
Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarum
- Kerajaan Tarumanegara/Tarum adalah kerajaan yang pernah berkuasa di Pulau Jawa terutama di bagian barat, pada abad ke 4-7 M. yang dimana kerajaan ini merupakan salah satu Kerajaan Hindu paling tua di Indonesia. Dalam catatan sejarahnya, Kerajaan Tarumanegara ini adalah Kerajaan Hindu dengan aliran wisnu.
Kerajaan Tarumanegara pada mulanya didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman di tahun 358. Dan kemudian tahtanya digantikan oleh putranya yang bernama Dharmayawarman (382-395). Raja Jayasinghawarman tersebut memerintah sejak tahun 358 hingga 382 M.
- Setelah raja berusia lanjut, raja pun mengundurkan diri untuk menjalani hidup kepanditaan. Sebagai pertapa, Jayasinghawarman memiliki gelar Rajaresi. Nama serta gelar dari raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru Jayasinghawarman. Jayasingawarman dipusarakan di daerah tepi kali gomati, sementara untuk putranya berada di tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman merupakan raja Kerajaan Tarumanegara ketiga yang memrintah di tahun 395 sampai 434 m. ia juga membangun Ibu Kota dengan kerajaan baru pada tahun 397, yang letaknya dekat dengan pantai.
- Kota tersebut kemudian diberi nama sebagai Sundapura dan untuk pertama kalinya nama Sunda dipakai. Di tahun 417, beliau memerintahkan penggalian Sungai Gomati serta Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai melakukan penggalian, sang prabu kemudian menggelar selamatan dengan cara menyedekahkan 1.000 ekor sapi terhadap kaum Brahmana.
Kerajaan Tarumanegara juga banyak meninggalkan prasasti yang bisa kita lihat hingga saat ini. Tapi sayangnya tidak ada satu pun dari prasasti itu yang menggunakan angka/tahun.
- Para ahli pun terpaksa mencari sumber yang lainnya. Sesudah mempelajari hubungan Cina dengan Indonesia di masa lalu, mereka pun menemukan naskah yang berhubungan dengan kerajaan Indonesia dan Cina yang menyebutnya Tolomo.
Menurut di dalam catatan tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusan ke negara cina di tahun 528 M, 538 M, 665 M, 666M. Sehingga, dengan temuan tersebut bisa disimpulkan bahwa Tarumanegara sudah berdiri sejak sekitar abad ke V dan ke VI.
- Prasasti Pasir Muara yang menyatakan suatu peristiwa pengembalian pemerintahan terhadap raja Sunda tersebut dibuat tahun 536 M. Pada tahun tersebut yang sedang memerintah di Kerajaan Tarumanegara ialah Suryawarman (535 – 561 M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7.
Di masa pemerintahan Candrawarman pada tahun 515-535 M, ayah dari Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya kepada Kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan hal tersebut, maka Suryawarman kemudian melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
- Kehadiran dari prasasti Purnawarman yang ada di pasir muara memberitakan mengenai raja Sunda dalam tahun 536 M. yang dimana salah satunya menunjukkan bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi kerajaan daerah. Artinya pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara telah bergeser ke tempat lainnya.
Contoh yang sama juga bisa kita lihat dari kedudukan Rajatapura atau Salakanagara atau kota perak, yang disebut dengan argyre oleh ptolemeus di tahun 150 M.
- Kota ini hingga pada tahun 362 telah menjadi pusat pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I – VIII). Ketika pusat pemerintahan bergeser dari Rajatapura ke Tarumanegara, maka Salakanagara pun berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman sebagai pendiri Kerajaan Tarumanegara merupakan menantu dari raja Dewawarman VIII.
Ia juga seorang maharesi dari Isalankayana yang berasal dari India. Yang kemudian mengungsi ke nusantara karena daerah kekuasaannya diserang dan ditaklukan oleh maharaja samudra yang bernama Gupta dari Kerajaan Magada.
- Suryawarman juga tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayanya yang sudah memberi kepercayaan lebih pada rakyatnya yang lebih banyak, pada raja daerah dalam mengurus pemerintahannya sendiri. Tapi ia juga akan mengalihkan perhatiannya ke wilayah bagian timur.
Lalu di tahun 526 M Manikmaya yang merupakan seorang menantu dari Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di daerah Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan juga Limbangan, Garut.
Putera serta tokoh manikmaya ini lalu tinggal dengan kakeknya di Ibukota Tarumanegara. Lalu menjadi panglima angkatan perang dari Kerajaan Tarumanegara. Perkembangan dari daerah timur ini lalu menjadi berkembang ketika cicitnya Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh tahun 612 M.
Letak Kerajaan Tarumanegara
Letak/posisi kerajaan Tarumanegara berada di daerah Jawa Barat. Daerahnya lalu semakin meluas dengan perkembangan kerajaan, yang dipimpin oleh raja bernama Purnawarman. Raja Purnawarman ini seperti yang sudah disebutkan dalam Prasasti Ciaruteun, Kebon Kopi dan prasasti lainnya merupakan sosok seorang raja yang sangat pandai dalam berperang.
Raja ini juga sukses dalam melakukan ekspansi/perluasan dari berbagai daerah. Lalu ia berperang dan menaklukan Kerajaan Salakanagara yang sebelumnya sudah ikut berkuasa di Tanah Sunda. Lewat ekspansi tersebut, wilayah serta letak Kerajaan Tarumanegara pun semakin meluas sampai daerah Jakarta (Tanjung Priok) dan juga Banten.
Dilihat dari bukti sejarah yang ditemukan, para ahli sepakat menyebutkan Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan Hindu yang pertama di Indonesia tepatnya di Pulau Jawa yaitu Jawa Barat. Tarumanegara juga mempunyai pusat pemerintahan di daerah Sundapura, atau yang saat ini dikenal dengan Kota Bekasi.
Kesimpulannya, bila dilihat dari Prasasti Ciaruteun pusat kerajaan sudah pindah di masa kekuasaan Raja Suryawarman. Yang merupakan raja ke-7. Wilayah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara ini mencakup hampir seluruh wilayah Jawa Barat dan Banten. Kerajaan ini juga memiliki pengaruh besar pada kerajaan yang terdapat di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kehidupan Kerajaan Tarumanegara
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang berhasil meningkatkan kehidupan rakyatnya. Terbukti dengan penemuan Prasasti Tugu, yang menyebutkan bahwa Raja Purnawarman sudah memerintahkan kali untuk digali. Penggalian ini artinya sangat besar, karena dari pembuatan itulah pembuatan seluruh irigasi yang berfungsi dalam melancarkan pengairan dari sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial kerajaan ini sudah tertata dengan rapi. Terlihat dari Raja Purnawarman yang terus berusaha dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat memerhatikan posisi/kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting. Dalam melakukan tugas di setiap upacara korban, yang dilakukan di wilayah kerajaan yang menjadi tanda penghormatan untuk para dewa.
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti Tugu itu juga menyebutkan bahwa Raja Purnawarman memerintah rakyatnya untuk membuat terusan dengan panjang 6122 tombak. Pembangunan terusan ini mempunyai arti yang ekonomis untuk masyarakat kerajaan. Karena dapat digunakan sebagai media/sarana dalam mencegah banjir. Dan menjadi sarana lalu lintas perdagangan antar daerah Kerajaan Tarumanegara dengan hubungannya dan dunia luar.
Dan juga menjadi jembatan perdagangan dengan beberapa daerah di sekitarnya. Hal itu tentu memengaruhi kehidupan perekonomian masyarakat kerajaan menjadi lebih teratur.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara menulis huruf pada prasasti, maka diketahui jika kebudayaan masyarakat saat itu sudah tinggi. Bukan hanya sebagai peninggalan budayanya, tetapi beragam prasasti itu memperlihatkan perkembangan kebudayaan tulis menulis di wilayah kerajaan.
Raja Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarum sendiri hanya mengalami masa pemerintahan sejumlah 12 orang raja. Kemudian di tahun 669 M, Linggawarman yang merupakan raja Tarumanagara terakhir, digantikan oleh menantunya yang bernama Tarusbawa.
Linggawarman sendiri memiliki dua orang puteri. Yang sulung memiliki nama Manasih dan menjadi istri Tarusbawa dari Sunda serta yang kedua bernama Sobakancana dan menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri dari Kerajaan Sriwijaya.
Maka otomatis tahta dari Kerajaan Tarumanegara jatuh ke menantu putri sulungnya yaitu Tarusbawa. Lalu kekuasaan Tarumanegara berakhir dengan beralihnya tahta pada Tarusbawa. Karena Tarusbawa ingin kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Kerajaan Sunda yang ada di kekuasaan Tarumanegara.
Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda inilah, hanya Galuh yang tidak sepakat serta kemudian memutuskan untuk berpisah dari Sunda dan mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Tarumanegara yaitu :
- Jayasingawarman 358-382 M
- Dharmayawarman 382-395 M
- Purnawarman 395-434 M
- Wisnuwarman 434-455 M
- Indrawarman 455-515 M
- Candrawarman 515-535 M
- Suryawarman 535-561 M
- Kertawarman 561-628 M
- Sudhawarman 628-639 M
- Hariwangsawarman 639-640 M
- Nagajayawarman 640-666 M
- Linggawarman 666-669 M
Silsilah Kerajaan Tarumanegara
Jayasinghawarman
Raja pertama Kerajaan Tarumanegara yakni raja Jayasinghawarman yang memerintah kerajaan sejak tahun 358 hingga 382 M. Beliau juga sekaligus sebagai pendiri dari Kerajaan Tarumanegara. Jayasinghawarman adalah seorang maha resi yang berasal dari negara India, tepatnya berasal dari daerah Salankayana. Salakayana mengungsi ke Nusantara sebab kerajaannya telah diserang oleh Kerajaan Magada yang dipimpin oleh Raja Samudragupta.
Ketika wafat ia dimakamkan di tepi Sungai Gomati yang letaknya di Bekasi. Pada waktu kekuasaan Jayasinghawarma, pusat Kerajaan Tarumanegara kemudian dipindahkan dari Rajapura ke Tarumanegera. Rajapura memiliki arti sebagai Salankayana atau Kota Perak.
Dharmayawarma
Raja selanjutnya adalah Dharmayawarma yang merupakan anak dari Jayasinghawarman. Beliau naik tahta menggantikan ayahnya pada tahun 382 M – 395 M. Tidak banyak sejarah yang mencatatkan dari raja kedua Kerajaan Tarumanegara ini. Hanya saja, namanya masuk dalam Naskah Wangsakerta, yakni naskah yang memuat para raja – raja Kerajaan Tarumanegara.
Purnawarman
Purnawarman menjadi salah satu raja yang terkenal di Tarumanegara. Namanya berada di Prasasti di abad ke-5, yang juga terlihat dalam naskah wangsakerta. Beliau memerintah kerajaan dari tahun 395 M sampai 434 M. Di masa pemerintahannya, ibukota Kerajaan Tarumanegara pindah menuju Sundapura. Hal inilah yang kemudian menjadi asal muasal nama Sunda.
Pada waktu kekuasaan Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara juga mengalami kemajuan yang pesat. Bahkan, Kerajaan Tarumanegara juga sukses dalam menguasai setidaknya 48 kerajaan kecil yang berada di bawahnya.
Kekuasaan Tarumanegara ini lalu membentang dari Salakanegara atau Rajapura, yang pada waktu ini diperkirakan merupakan daerah Telu Lada, Pandeglang hingga Purbalingga, Jawa Tengah. Pada jaman dahulu, batas negara dari Kerajaan Tarumanegara merupakan Kali Brebes.
Sesudah masa pemerintahan Raja Purnawarman, kerajaan ini diteruskan oleh anaknya yang bernama Wisnuwarma. Kemudian tahta itu digantikan oleh Indrawarman, lalu oleh Maharaja Candrawarman.
Suryawarman
Raja Suryawarman adalah raja ke tujuh dari Kerajaan Tarumanegara. Suryawarman memerintah kerajaan selama kurun waktu 26 tahun. Dibandingkan dengan ayahnya sang Maharaja Candrawarman, kebijakan dari Suryawarman memanglah berbeda.
Maharaja Candrawarman mempunyai kekuasaan yang penuh yang ada pada raja. Sebaliknya, Suryawarman lebih fokus pada pemerintahan yang ada di bagian timur kerajaan. Itulah yang membuat asal muasal didirikannya Kerajaan Kendan. Daerah di sekitaran Bandung dan Limbangan Garut oleh menantunya yang bernama Manikmaya.
Di daerah itu juga sama-sama mengalami perkembangan yang pesat karena adanya Kerajaan Galuh yang didirikan oleh cicit Manikmaya di tahun 612 M.
Linggawarman
Adalah seorang raja terakhir yang memerintah Kerajaan Tarumanegara. Linggawarman memerintah dari tahun 666 M sampai 669 M. Pada waktu itu, Raja Linggawarman tidak mempunyai putra sebagai penerus tahta Kerajaan Tarumanegara. Dan beliau hanya mempunyai dua orang puteri, yang bernama Minarsih sebagai putri sulungnya serta Sobakancana.
Putri Minarsih kemudian menikah dengan Tarusbawa yang menjadi raja pengganti dari Linggawarman. Sementara, Socakancana kemudian menikah dengan Daputa Hyang Sri yang menjadi pendiri dari kerajaan Sriwijaya.
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti Ciaruteun
Prasasti ini ditemukan di kawasan Sungai Ciaruteun, yaitu di dekat muara sungai Cisadane Bogor. Prasasti tersebut memakai huruf Pallawa serta memiliki bahasa Sansekerta yang terdiri atas 4 baris yang disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh.
Ada pula lukisan sejenis laba-laba dan sepasang telapak kaki dari Raja Purnawarman. Arti gambar itu adalah :
- Cap telapak kaki yang melambangkan kekuasaan raja atas daerah itu (tempat ditemukannya prasasti ini).
- Cap telapak kaki yang melambangkan kekuasaan dan juga eksistensi dari seseorang (yang biasanya adalah sang penguasa) sekaligus sebagai penghormatan sebagai dewa.
Artinya melambangkan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan Dewa Wisnu, hingga dianggap sebagai penguasa sekaligus juga pelindung bagi rakyat.
Prasasti Jambu
Prasasti Jambu atau yang juga disebut sebagai prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit Koleangkak, tepatnya di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat kota Bogor. Prasasti ini menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa yang di dalamnya juga terdapat gambar telapak kaki yang memuji sistem pemerintahan Raja Mulawarman.
Prasasti Kebon Kopi
Prasasti Kebon Kopi ini ditemukan di daerah kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor. Keunikan prasasti ini adalah adanya lukisan dari tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yakni gajah yang merupakan tunggangan dari dewa Wisnu.
Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten ditemukan di kota Bogor. Dalam prasasti ini tertulis dalam aksara ikal yang belum bisa dibaca. Di samping tulisan, pada prasasti ini juga ditemukan adanya lukisan telapak kaki.
Prasasti Pasir Awi
Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwiliang yang juga tertulis di dalam aksara ikal yang belum bisa dibaca.
Prasasti Cidanghiyang
Prasasti ini disebut juga prasasti Lebak yang ditemukan di Kampung Lebak, yaitu di tepi Sungai Cidanghiang kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang Banten.
Prasasti ini baru ditemukan pada tahun 1947 serta di dalamnya berisi 2 baris kalimat yang berbentuk puisi dengan huruf Pallawa serta bahasa Sansekerta. Isi dari prasasti tersebut adalah mengagungkan keberanian dari raja Purnawarman.
Prasasti Tugu
Prasasti Tugu ditemukan di wilayah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan dalam suatu batu bulat panjang melingkar serta isinya paling panjang daripada prasasti Tarumanegara yang lainnya.
Sehingga, terdapat beberapa hal yang bisa kita ketahui dari prasasti tersebut yang tidak kita temukan pada prasasti yang lain. Hal-hal yang bisa kita ketahui dari prasasti Tugu adalah :
- Prasasti Tugu menyebutkan nama dari dua buah sungai yang terkenal yang berada di Punjab. Yakni sungai Chandrabaga serta Gomati. Dengan adanya keterangan dari dua buah sungai tersebut maka akan menimbulkan tafsiran dari para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga secara Etimologi (ilmu yang mempelajari mengenai istilah) sungai Chandrabaga didefinisikan sebagai kali Bekasi.
- Prasasti Tugu juga menerangkan anasir penanggalan meski tidak lengkap dengan angka tahunnya. Yang disebutkan di dalamnya yaitu bulan phalguna serta caitra yang diduga sama dengan bulan Februari dan juga April.
- Prasasti Tugu yang menyebutkan dilakukannya upacara selamatan oleh Brahmana juga diikuti dengan seribu ekor sapi yang dihadiahkan oleh sang raja.
Sumber Sejarah Kerajaan Tarum
Bukti kerajaan ini diketahui juga dari sumber yang datangnya dari dalam dan luar negeri. Yang berasal dari dalam negeri yaitu tujuh buah prasasti batu yang ditemukan di Bogor sebanyak empat buah prasasti, satu di Jakarta serta sisanya ditemukan di Lebak Banten.
Dari beberapa prasasti ini diketahui jika kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman di tahun 358 M serta beliau memerintah hingga pada tahun 382 M. Makam dari Rajadirajaguru Jayasingawarman terletak di sekitar sungai Gomati (di daerah Bekasi).
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan lanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber dari luar negeri ada di berita Tiongkok, yaitu :
- Berita Fa-Hsien, pada tahun 414 M di dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi yang mengisahkan jika di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai oleh orang-orang yang beragama Buddha. Di mana kebanyakan merupakan orang-orang yang beragama Hindu serta sebagian merupakan masih animisme.
- Berita Dinasti Sui, mengisahkan jika pada tahun 528 dan 535 sudah datang utusan dari To- lo-mo yang berada di sebelah selatan.
- Berita Dinasti Tang, juga mengisahkan jika pada tahun 666 serta 669 sudah datang utusaan dari To-lo-mo.
Kesimpulannya, istilah kata To-Lo-Mo secara fenetis ini menyesuaikan kata-katanya dengan kata Tarumanegara. Sehingga dilandasi dengan beragam sumber yang telah dijelaskan sebelumnya, dan bisa diketahui beragam aspek kehidupan yang sudah berkembang antara 400-600 M.
Dilihat dari beragam prasasti itu, raja yang memerintah saat itu adalah Purnawarman. Wilayak kekuasaannya mencakup hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan juga Cirebon. Yang tercatat dalam Prasasti Tugu.
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara yakni pada saat kerajaan dipimpin oleh raja ke-13 yaknin Raja Tarusbawa. Penyebabnya adalah tidak adanya raja penerus saat itu. Karena Raja Tarusbawa menginginkan untuk memimpin kerajaan kecilnya, yang ada di hilir Sungai Gomati.
Alasan lainnya yaitu karena adanya gempuran dari beberapa kerajaan yang ada saat itu. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan dengan yang berperan penting dalam keruntuhan Tarumanegara. Kepemimpinan diteruskan oleh Sudawarman, namun kerajaan sudah mengalami kemunduran yang drastis. Yang disebabkan oleh hal-hal berikut ini :
- Sudawarman tidak peduli kepada persoalan atau masalah yang terjadi di kerajaan, sebab dari kecil ia tinggal di kanci.
- Sudawarman tidak menguasai persoalan tentang Tarumanegara.
- Memberikan ekomoni kepada raja-raja yang berada di bawahnya.
Sekian pembahasan tentang Letak Kerajaan Tarumanegara dimulai dari sejarahnya sampai penyebab runtuhnya kerajaan secara lengkap. Semoga dapat dipahami dengan baik, dan memberi manfaat bagi anda yang sedang mempelajari sejarah kerajaan di Indonesia.
Baca Juga :